Direktur Artistik Karlovy Vary Siapkan Festival Film Hadapi Isu #MeToo dengan Pemutaran ‘Broken Voices’

Direktur Artistik Karlovy Vary Siapkan Festival Film Hadapi Isu #MeToo dengan Pemutaran ‘Broken Voices’

Festival Film Karlovy Vary Angkat Isu #MeToo Melalui Film ‘Broken Voices’

Direktur artistik Festival Film Karlovy Vary, Karel Och, menyatakan bahwa Republik Ceko tengah mengalami perubahan signifikan, terutama terkait gerakan #MeToo. Film drama karya Ondřej Provazní berjudul ‘Broken Voices’ yang terpilih dalam kompetisi Crystal Globe menjadi salah satu karya yang membuka diskusi penting tersebut.

Latar Belakang Film ‘Broken Voices’ dan Relevansinya dengan Kasus Bambini di Praga

‘Broken Voices’ terinspirasi dari kasus Bambini di Praga, sebuah paduan suara anak-anak yang choirmasternya ditangkap dan didakwa atas pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur selama bertahun-tahun. Film ini berhasil menyampaikan gagasan politik yang kuat melalui pendekatan sinematik yang intim dan universal.

Dialog dan Perubahan Persepsi Penonton Film di Republik Ceko

Karel Och menyebutkan bahwa film seperti ‘Broken Voices’ dan pemenang Audience Award tahun lalu ‘Waves’ menunjukkan adanya babak baru dalam perfilman Ceko. Penonton kini tidak hanya menilai film dari segi hiburan tetapi juga dari substansi dan pesan yang disampaikan, membuka ruang dialog yang konstruktif.

Kontroversi dan Kebebasan Berekspresi di Festival Film Karlovy Vary

Festival ini pernah menghadapi kritik terkait kehadiran tamu kontroversial seperti Johnny Depp dan desain patung penghargaan Crystal Globe yang sempat menuai komentar Mel Gibson. Namun, Och menegaskan bahwa festival film harus menjadi tempat kebebasan berekspresi tanpa sensor, bahkan untuk topik yang sensitif sekalipun.

Penerimaan terhadap Inisiatif Kesetaraan Gender dan Dinamika Sosial di Republik Ceko

Menurut Och, masyarakat Ceko membutuhkan waktu untuk menerima perubahan, terutama soal kesetaraan gender yang diinisiasi oleh Collectif 50/50. Pendekatan yang dipilih adalah perubahan yang alami dan tidak dipaksakan, mengingat latar belakang politik dan sejarah penindasan di negara tersebut.

Perlindungan dan Sensitivitas terhadap Film Kontroversial di Festival

Selain ‘Broken Voices’, film Iran berjudul “Bidad” juga menjadi perhatian karena tema yang diangkat berpotensi menimbulkan masalah keamanan bagi pembuatnya. Festival mengambil langkah hati-hati dengan menunda pengumuman dan memastikan perlindungan bagi sutradara Soheil Beiraghi yang akan hadir sendiri pada pemutaran perdana dunia.

Peran Festival dalam Mempromosikan Sinema Politik yang Humanis

Festival ini juga menampilkan film-film lain dengan muatan politik seperti karya Nadav Lapid dan film Palestina “All That’s Left of You”. Och menekankan bahwa sinema politik tidak harus memecah belah, melainkan bisa menjadi alat untuk membangun empati dan membuka dialog dalam isu-isu kompleks seperti konflik Israel-Palestina.

Menghadirkan Film yang Menyentuh dan Menginspirasi di Karlovy Vary

Meski menampilkan film-film dengan tema berat, festival juga menyediakan ruang bagi film yang lebih ringan dan mengangkat nilai kemanusiaan, seperti “Rebuilding” yang dibintangi Josh O’Connor. Och mengutip sutradara Max Walker-Silverman yang menghindari penggambaran karakter tidak baik dalam filmnya, menegaskan pentingnya kesan empati dan kebaikan.

Warisan Jiří Bartoška dan Kehadiran Tamu Internasional di Festival

Festival tahun ini terasa berbeda tanpa kehadiran Jiří Bartoška, presiden festival yang wafat pada Mei lalu. Och menyatakan bahwa meski banyak yang bertanya tentang perubahan, festival akan terus berjalan sesuai visi Bartoška dengan cara yang menghormati warisannya tanpa berlebihan secara emosional.

Karlovy Vary juga akan menyambut sejumlah bintang internasional seperti Dakota Johnson, Peter Sarsgaard, dan Stellan Skarsgård. Michael Douglas dijadwalkan hadir kembali untuk pemutaran ulang film “One Flew Over the Cuckoo’s Nest” yang diproduserinya, menandai hubungan panjang festival dengan ikon perfilman dunia.