
Superman Baru dan Transformasi Sinematik DC Universe
Film “Superman” terbaru yang diproduksi oleh DC Studios menandai peluncuran resmi DC Universe di layar lebar dengan pendekatan berbeda dari tradisi sinema superhero sebelumnya. Dalam klimaks cerita, kota Metropolis terbelah dua akibat rekahan transdimensional yang dipicu oleh Lex Luthor (Nicholas Hoult) untuk memancing Superman (David Corenswet) dalam pertarungan terakhir.
Evakuasi Metropolis dan Penanganan Bencana dalam Superman Baru
James Gunn, sutradara film ini, menggambarkan evakuasi warga Metropolis yang berjalan dengan tertib, sehingga saat gedung-gedung runtuh, mayoritas sudah kosong. Hal ini menandai perbedaan signifikan dengan film superhero sebelumnya yang lebih menonjolkan trauma akibat kehancuran besar. Dalam film ini, warga sudah terbiasa menghadapi ancaman meta-human selama 300 tahun, sehingga bencana besar menjadi hal biasa.
Perubahan Narasi Trauma dan Konflik Internal Karakter Superman
Berbeda dengan film superhero lama yang menonjolkan dampak eksternal besar seperti kehancuran kota atau ancaman global, “Superman” versi James Gunn lebih fokus pada konflik internal karakter. Superman menghadapi dilema pribadi terkait asal usul keluarganya dan hubungan dengan Lois Lane (Rachel Brosnahan), sementara ancaman seperti rekahan Metropolis dianggap sebagai rutinitas yang biasa di dunia mereka.
Film ini juga menampilkan Lex Luthor sebagai sosok sosio-pat sekaligus manipulator media sosial, menggambarkan ancaman modern yang lebih kompleks dibandingkan musuh klasik. Pertarungan antara Superman dan Ultraman, klon dari Superman, disajikan secara ringan tanpa beban eksistensial yang berat, memperlihatkan gaya penceritaan yang lebih santai.
Dampak dan Kebaruan yang Dibawa Film Superman Terbaru
Gaya narasi yang mengingatkan pada era Silver Age komik DC ini memberikan kesan bahwa film tersebut adalah hiburan ringan yang mengesampingkan ketegangan berlebihan. Adegan pasca-kredit memperlihatkan momen tenang Superman bersama anjingnya Krypto dan interaksi santai dengan Mister Terrific (Edi Gathegi) saat memperhatikan bekas rekahan di Metropolis yang telah diperbaiki, menunjukkan bahwa kerusakan besar tidak selalu berakhir dengan tragedi serius.
Lebih jauh, film ini tidak secara eksplisit menyiapkan kelanjutan cerita atau proyek DC Universe lainnya dalam adegan kredit, berbeda dengan tren 25 tahun terakhir yang sering menautkan film superhero dengan penayangan sekuel atau spin-off, sehingga menandai kebebasan baru dalam penceritaan superhero DC.
Kesimpulan: Superman Bebas dari Beban Sinema Superhero Lama
James Gunn tampaknya ingin mengubah paradigma sinema superhero dengan mengurangi fokus pada trauma dan kehancuran besar, serta mengedepankan keseharian dan konflik personal para superhero. Pendekatan ini menghadirkan warna baru bagi DC Universe yang lebih segar dan berbeda dari penayangan superhero sebelumnya di industri perfilman global.