Jim Sheridan Ungkap Proyek Film Baru dan Pandangan Politik dalam Perfilman di Festival Film Amman

Jim Sheridan Ungkap Proyek Film Baru dan Pandangan Politik dalam Perfilman di Festival Film Amman

Jim Sheridan Hadir di Festival Film Internasional Amman dengan Proyek Terbaru

Sutradara asal Irlandia, Jim Sheridan, yang dikenal dengan karya-karya seperti “In the Name of the Father” dan “My Left Foot,” mendapatkan penghormatan di Festival Film Internasional Amman tahun ini. Acara tersebut juga memberikan penghormatan khusus kepada Irlandia sebagai negara kehormatan. Sheridan hadir dengan sejumlah proyek film baru dan berbagi pandangan terkait kondisi perfilman serta peran politik dalam penceritaan.

Film “Lions of the Sea” Mengangkat Isu Lingkungan melalui Kisah Singa Laut Galapagos

Salah satu film yang tengah dikembangkan oleh Sheridan adalah “Lions of the Sea,” sebuah karya fiksi yang menampilkan singa laut asli Galapagos. Film ini mengisahkan seekor singa laut alpha yang menghadapi perubahan dunia akibat overfishing dan perubahan iklim. Sheridan menyebut tema ini menggambarkan ketidakseimbangan ekosistem dan tantangan yang dihadapi makhluk hidup di dalamnya.

Proyek Film Pribadi “Into and Out of Africa” Mengangkat Cerita Imigran dan Keluarga

Selain itu, Sheridan sedang mengerjakan film berjudul sementara “Into and Out of Africa,” yang terinspirasi dari perjalanan nyata bersama putrinya, Clodagh, melintasi Dublin hingga Marrakech. Film ini menggabungkan kisah imigran dan dinamika keluarga, mengikuti perjalanan ayah dan anak perempuan yang melewati batas budaya dan geografis, memperdalam pemahaman satu sama lain.

Pengaruh Sejarah Irlandia dalam Perfilman dan Solidaritas terhadap Isu Global

Sheridan juga menyoroti bagaimana sejarah kompleks Irlandia, terutama pengalaman kolonial, memengaruhi sinema dan pandangan terhadap isu global. Ia menyebutkan bahwa memori rasial penindasan membuat masyarakat Irlandia memiliki empati terhadap perjuangan melawan struktur penindasan. Hal ini tercermin dalam ekspresi solidaritas yang terus berkembang di negara tersebut.

Tema Identitas, Trauma, dan Ketidakadilan dalam Karya Sheridan

Dalam karya-karyanya, Sheridan sering mengangkat tema identitas, trauma, dan ketidakadilan. Ia membandingkan situasi di Timur Tengah dengan sejarah kolonial Irlandia, menyatakan bahwa konflik di wilayah tersebut bahkan lebih kompleks. Ia menekankan pentingnya penggunaan cara intelektual dan non-kekerasan untuk mencapai perdamaian, meskipun sulit untuk mengorganisasi masyarakat dalam upaya tersebut.

Kesulitan Menghadirkan Narasi Individual dalam Konflik Kolektif

Sheridan mengekspresikan tantangan dalam memvisualisasikan kisah individu di tengah situasi kolektif yang kompleks, seperti di Gaza. Ia menegaskan pentingnya humanisasi tokoh dalam narasi agar tidak terjebak pada stereotip politik. Pendekatan ini juga diterapkannya dalam film “In the Name of the Father” dengan fokus pada hubungan ayah dan anak dalam penjara, bukan hanya kasus “Guildford Four” secara luas.

Pandangan Sheridan tentang Transformasi Perfilman dan Masa Depan Sinema

Sheridan mengkritik pergeseran industri perfilman akibat dominasi platform streaming yang menurutnya menghilangkan pengalaman kolektif menonton film di bioskop. Ia menilai kualitas film streaming kurang memuaskan dan menganggap bahwa pengalaman sinematik bersama telah berkurang drastis. Meski demikian, ia mengapresiasi kemunculan suara-suara baru dalam perfilman Irlandia, seperti kesuksesan “The Quiet Girl” dan “The Banshees of Inisherin,” namun menginginkan lebih banyak karya dengan pesan politik yang kuat.

Interaksi dengan Pembuat Film dari Timur Tengah di Festival Film Amman

Festival Film Amman menjadi kesempatan bagi Sheridan bertemu dengan pembuat film dari berbagai negara di kawasan Timur Tengah, termasuk Yordania, Mesir, dan Palestina. Ia memuji Yordania sebagai negara dengan budaya terbuka dan minim sentimen anti-imigran, menggambarkan suasana nomaden yang menerima keberagaman.

Komitmen Sheridan Mengembalikan Pengalaman Sinema Kolektif

Saat ini, Sheridan tengah fokus menyusun film “Into and Out of Africa” dan bertekad menghidupkan kembali pengalaman menonton film secara kolektif. Ia menyatakan keinginannya untuk menghadirkan sinema yang mampu menyatukan penonton dalam sebuah pengalaman bersama.