Nathan Ambrosioni Mengangkat Kisah Ibu yang Terpinggirkan dalam Film ‘Out of Love’ bersama Camille Cottin

Nathan Ambrosioni Mengangkat Kisah Ibu yang Terpinggirkan dalam Film 'Out of Love' bersama Camille Cottin

Film ‘Out of Love’ Angkat Tema Kompleksitas Peran Ibu dari Perspektif Feminim

Nathan Ambrosioni, sutradara muda Prancis, kembali menghadirkan drama keluarga dalam film terbarunya, “Out of Love,” yang bersaing di Festival Film Karlovy Vary. Film ini mengangkat kisah dua saudari yang terpisah, Suzanne yang ditinggal suaminya dan Jeanne, yang baru saja menjalani hidup tanpa anak. Suatu hari, Suzanne tiba-tiba datang ke rumah Jeanne bersama dua anaknya, kemudian menghilang meninggalkan sebuah catatan.

Ambrosioni Eksplorasi Sisi Lain Peran Ibu dalam ‘Out of Love’

Berbeda dengan film sebelumnya “Toni” yang menyorot sosok ibu luar biasa yang mengasuh lima anak sendiri, Ambrosioni sengaja mengeksplorasi sisi sebaliknya. Ia memilih sudut pandang feminim karena merasa lebih nyaman bekerja dengan tokoh perempuan atau queer. Camille Cottin, yang dikenal lewat “Call My Agent!” dan “House of Gucci,” kembali bekerja sama sebagai pemeran Jeanne.

Stigma dan Tabu Terhadap ‘Ibu yang Tidak Layak’ Masih Menguat

Ambrosioni menyoroti tabu yang masih melekat pada figur “ibu yang tidak layak” atau ibu yang tidak menginginkan anak. Ia menyebutkan bahwa masyarakat lebih menerima ketidakhadiran ayah dibanding ibu. Bahkan calon pendana film menganggap Jeanne sebagai karakter yang “mengkhawatirkan” karena tidak menginginkan anak, meski Cottin sendiri adalah seorang ibu dan memahami karakter tersebut secara mendalam.

Perjuangan Jeanne Merawat Anak-anak yang Ditinggalkan

Setelah kejutan awal, Jeanne memilih untuk merawat kedua anak Suzanne, namun menghadapi dilema tentang bagaimana membangun keluarga tanpa figur ibu atau ayah. Ia menyadari bahwa peran sebagai tante juga dapat menjadi bentuk kasih sayang yang cukup bagi anak-anak tersebut.

Inspirasi Nyata dari Kasus Orang yang Menghilang Secara Sukarela

Ambrosioni melakukan riset mendalam dengan berbicara kepada polisi, hakim, dan pekerja sosial tentang fenomena orang yang memilih menghilang tanpa jejak. Ia mengadaptasi dialog nyata dalam adegan film, termasuk pertanyaan seorang hakim tentang apakah tindakan meninggalkan keluarga bisa dilakukan karena “karena cinta.”

Karakter Suzanne dan Jeanne Memiliki Motivasi Cinta yang Berbeda

Suzanne meninggalkan keluarganya dengan alasan cinta, sedangkan Jeanne memutuskan bertahan juga dari dorongan cinta kepada saudara dan anak-anak yang ditinggalkan. Jeanne juga menghadapi luka batin karena kehilangan pasangan hidupnya, Nicole, akibat ketidakmampuannya menerima anak.

Nuansa Emosional yang Tenang dan Mendalam dalam Film

Ambrosioni menghindari penggambaran emosi yang berlebihan. Ia terinspirasi oleh sutradara Hirokazu Koreeda dan film “Ordinary People,” yang menampilkan ekspresi perasaan secara halus. Ia menilai bahwa ekspresi kesedihan yang dilakukan Camille Cottin secara sunyi sudah sangat kuat dan layak mendapat penghargaan.

Ambrosioni Lanjutkan Eksplorasi Tema Keluarga dan Ibu dalam Karya Selanjutnya

Sutradara ini menyatakan bahwa proyek berikutnya juga akan membahas hubungan ibu dan anak, dengan fokus pada dinamika keluarga yang kompleks dan tak terduga. Ia mengungkapkan bahwa dalam kehidupan nyata, keluarga adalah tumpukan kekacauan yang harus dihadapi, bahkan ketika tidak selalu dipilih.

Pandangan Terbuka Tanpa Menghakimi dalam Menggambarkan Karakter

Ambrosioni menolak menghakimi karakternya karena menganggap itu berarti menghakimi penonton. Film ini memberikan ruang aman bagi penonton, terutama ibu, untuk memahami bahwa perasaan kebingungan dan keengganan terhadap anak adalah hal yang wajar dan tidak perlu disembunyikan.

“Kita tidak banyak memiliki tempat yang aman di dunia saat ini, dan saya ingin film saya terasa aman, nyata, manusiawi, dan penuh kasih. Keluarga, masyarakat, dan persahabatan adalah hal-hal yang benar-benar kita miliki,” tutup Ambrosioni.