SAG-AFTRA Resmi Ratifikasi Kontrak Baru dengan Perusahaan Video Game Setelah Mogok Kerja 11 Bulan

SAG-AFTRA Resmi Ratifikasi Kontrak Baru dengan Perusahaan Video Game Setelah Mogok Kerja 11 Bulan

Ratifikasi Kontrak Baru SAG-AFTRA dengan Perusahaan Video Game

Setelah berlangsung selama 11 bulan, mogok kerja yang dipicu oleh perdebatan terkait penggunaan Generative AI akhirnya berakhir dengan ratifikasi kontrak baru antara SAG-AFTRA dan sejumlah perusahaan video game besar seperti Activision, Disney Character Voices, Electronic Arts, Epic Games, Formosa Interactive, Insomniac Games, Take 2 Productions, dan WB Games Inc.

Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada Rabu, anggota SAG-AFTRA menyetujui Interactive Media Agreement 2025 dengan persentase suara 95,04% mendukung dan 4,96% menolak. Kesepakatan ini menetapkan peningkatan kompensasi bagi para pengisi suara dan aktor tangkap gerak sebesar 15,17% saat ratifikasi, serta tambahan kenaikan 3% pada November 2025, 2026, dan 2027.

Penyesuaian Kompensasi dan Perlindungan Kesehatan dalam Kontrak Baru

Selain peningkatan gaji, kontrak baru ini menetapkan tarif lembur maksimum bagi performer berstatus overscale yang dihitung berdasarkan dua kali skala standar. Kontribusi untuk dana pensiun AFTRA juga dinaikkan dari 16,5% menjadi 17% dan akan meningkat lagi menjadi 17,5% pada Oktober 2026.

Pengaturan Keamanan Performer dan Aturan Penggunaan AI

Kontrak ini juga mengatur perlindungan keamanan bagi para performer terkait penggunaan AI. Termasuk di dalamnya adalah persyaratan persetujuan dan pengungkapan penggunaan replika digital berbasis AI. Performer juga diberikan hak untuk menangguhkan persetujuan pembuatan materi baru selama masa mogok kerja berlangsung.

Perubahan Paradigma Industri Video Game Terhadap Talenta

Mogok kerja yang hampir satu tahun ini awalnya kurang mendapat perhatian di luar komunitas gamer dan sempat dianggap remeh oleh sebagian pihak. Namun hasil akhir perundingan ini menegaskan bahwa perusahaan video game kini sejajar dengan studio Hollywood dalam hal perlakuan terhadap pekerja kreatif dan aktor.

Era ketika perusahaan video game dianggap sebagai bagian dari sektor teknologi yang memiliki kebijakan unik dalam bernegosiasi dengan serikat pekerja kini berakhir. Duncan Crabtree-Ireland, Direktur Eksekutif SAG-AFTRA sekaligus kepala negosiator, menyatakan bahwa perusahaan video game kini mulai mengadopsi praktik bisnis yang sejalan dengan industri hiburan tradisional.

Harapan Terpenuhinya Kesepakatan dan Dampaknya pada Industri Hiburan

Crabtree-Ireland menyampaikan harapan bahwa perusahaan akan memenuhi ketentuan kontrak yang telah disepakati, sehingga kesepakatan ini dapat menutup babak negosiasi yang sebelumnya berlangsung panjang. Ia menekankan bahwa meskipun terdapat perbedaan detail di berbagai sektor seperti musik, televisi, film, dan streaming, perubahan sikap ini menjadi preseden penting bagi perlakuan terhadap pekerja seni di industri hiburan.

“Ini menunjukkan bahwa komunitas pekerja, khususnya para performer, telah mencapai pemahaman bersama tentang bagaimana melangkah maju secara kolektif,” ujar Crabtree-Ireland.

Tanggapan Perusahaan Video Game dan Poin Kritis dalam Perundingan AI

Juru bicara produser video game dalam perjanjian ini, Audrey Cooling, menyatakan bahwa mereka menyambut baik ratifikasi kontrak baru yang mencakup kenaikan upah historis, perlindungan AI terdepan di industri, serta peningkatan kesehatan dan keselamatan bagi para performer. Mereka berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama jangka panjang dengan serikat pekerja demi menciptakan pengalaman hiburan inovatif bagi jutaan pemain di seluruh dunia.

Sarah Elmaleh, ketua komite negosiasi Interactive Media Agreement dari SAG-AFTRA, menyoroti aspek terpenting dalam perundingan yaitu aturan terkait penggunaan Generative AI selama mogok kerja. Hal ini meliputi larangan penggunaan simulasi digital aktor sebagai “scab” atau pengganti selama masa mogok, yang dianggap sebagai bentuk pelanggaran unik dalam dunia ketenagakerjaan.

Peran Larangan Simulasi AI Dalam Mengakhiri Mogok Kerja

Elmaleh mengungkapkan bahwa kesepakatan terkait bahasa kontrak yang mengatur penggunaan AI secara etis dan aman menjadi titik balik dalam mengakhiri mogok kerja. Ia menegaskan bahwa para pekerja berhak menggunakan serikat sebagai alat untuk menahan tenaga kerja mereka tanpa harus digantikan oleh replika digital yang merepresentasikan diri mereka.

Beberapa sumber dari dalam perusahaan video game mengakui bahwa para talenta union sempat kebingungan mengenai isu yang diperdebatkan dan alasan penolakan terhadap beberapa versi perjanjian sebelumnya. Poin krusialnya adalah memastikan bahwa selama mogok kerja, tidak ada karya yang dihasilkan menggunakan simulasi digital yang dapat menggantikan peran asli aktor.

“Apakah game yang melanggar aturan akan otomatis dihentikan atau perlu penanganan aktif, yang jelas adalah memastikan bahwa selama mogok kerja tidak ada gangguan atau pelemahan yang terjadi akibat penggunaan versi digital dari diri para pekerja,” pungkas Elmaleh.