Strategi Bangun Budaya Kerja di Tim Remote: Satu Rekomendasi Kunci

Bangun Budaya Kerja Tim Remote: Pentingnya Tatap Muka Virtual

Tim kerja yang sepenuhnya remote kerap menghadapi tantangan menjaga koneksi dan budaya perusahaan yang solid. Situasi ini dialami Katie Kaps, Co-Founder HigherDOSE, perusahaan teknologi kesehatan global dengan anggota tim yang tersebar di Afrika Selatan, Kazakhstan, Asia, dan Amerika Serikat. Dalam sesi Entrepreneur Therapy yang dipandu Dr. Drew dan Kim Perell, Kaps mengakui sulitnya membangun budaya perusahaan solid saat kerja dilakukan penuh jarak jauh dan di zona waktu berbeda.

Pentingnya Interaksi Virtual Berkamera dalam Membangun Budaya Tim Remote

Katie Kaps menyebut, komunikasi tim HigherDOSE sering kali bergantung pada email berulang-ulang. Efisiensi kerap terhambat dan permasalahan kadang berlarut karena minimnya interaksi langsung. Ia juga mengungkap kebiasaan timnya mengadakan pertemuan virtual dengan kamera nonaktif. Tindakan itu dipandang kurang efektif oleh Dr. Drew dan Perell. Menurut mereka, pertemuan tanpa kamera berpotensi membuat interaksi terasa impersonal dan menurunkan tingkat kepercayaan. “Anda seharusnya hadir sepenuhnya untuk meeting dan tim Anda,” tegas Dr. Drew soal pentingnya keterlibatan nyata dalam rapat daring.

Satu Jam Setiap Pekan: Rekomendasi Praktis untuk Tim Remote

Kim Perell menawarkan solusi sederhana: adakan satu jam per minggu pertemuan virtual dengan seluruh anggota tim menyalakan kamera. Seluruh tim didorong untuk berbicara mengenai capaian mingguan, tantangan terbesar, serta prioritas utama bulan ini. Praktik ini dinilai mampu meningkatkan kohesi tim dan memperkuat budaya perusahaan, meski seluruh anggota tidak berada di lokasi fisik yang sama. “Setidaknya ada rasa kebersamaan, meskipun Anda tidak secara fisik bersama,” ujar Perell.

Dilema Memadukan Persahabatan dan Bisnis dalam Tim Jarak Jauh

Selain tantangan komunikasi, Kaps juga menghadapi dilema karena banyak merekrut teman dekat sebagai anggota tim. Menurutnya, campur aduk antara hubungan personal dan profesional kerap menimbulkan situasi canggung dan sulit diatur. Dr. Drew menjelaskan, kondisi ini disebut “dual relationship,” yakni hubungan ganda yang kerap membuat batasan menjadi samar. Ia menyarankan pemimpin untuk bersikap tegas dan terbuka jika harus menarik jarak agar tidak muncul salah paham di antara anggota tim. Beberapa penelitian dan pengalaman profesional menunjukkan bahwa tidak semua individu mampu memisahkan dengan baik hubungan pribadi dan profesional. Komunikasi yang jelas dan transparan dianggap kunci untuk menjaga profesionalisme sekaligus hubungan baik di lingkungan kerja remote.

Membangun Budaya Kerja Sehat di Era Remote

Dinamika kerja tim remote memang penuh tantangan, namun praktik sederhana seperti rutin mengaktifkan kamera dalam rapat daring dan memperjelas batas peran dapat menjadi fondasi budaya kerja yang sehat. Pengalaman HigherDOSE mencerminkan perlunya adaptasi pola interaksi agar perusahaan tetap solid dan karyawan merasa terhubung, apapun jaraknya. Persoalan menjaga budaya perusahaan di lingkungan virtual juga relevan seiring tren kerja jarak jauh di banyak sektor industri. Inovasi komunikasi dan kepemimpinan adaptif menjadi modal penting untuk menjaga produktivitas dan loyalitas dalam tim yang tersebar secara global.